Episode Cinta Sebuah Guci
Cinta itu
sungguh menguatkan sekaligus melemahkan. Kata siapa? Kataku.
Seperti yang
saat ini terjadi dan kualami sendiri. Begitu banyak impian dan harapan tumbuh
subur karena cinta yang kumiliki, tapi sekaligus secara bersamaan begitu banyak
pula nelangsaku bersebab cinta.
Sebagai sebuah
guci, aku memiliki banyak cinta, di dalam diriku. Menggelembung.
Dan
dengan lubang kecil yang ada, aku tak mudah mengeluarkan atau memasukkan cinta
kedalam diriku. Tepatnya mudah untuk mengeluarkannya, tapi sulit untuk
memasukkannya. Terus? Ya, begitulah aku. Sesungguhnya aku memiliki cinta yang
begitu besar yang tersimpan dalam diriku yang membuatku bisa menumpahkan kasih
sayang kepada siapa saja (asal aku mau), tapi sebaliknya aku tak mudah menerima
cinta dari orang lain, atau tepatnya aku tak mudah percaya begitu saja cinta
orang lain itu ada untukku. Tragis!
Sebagaimana
guci yang ©antik, aku dengan segala bedaku dengan orang lain ternyata membuatku
istimewa. Mudah sekali membuat orang jatuh cinta padaku dengan aura cinta kasih
sayang yang kumiliki. Tapi keistimewaan itu justru membuatku miris, aku sama
seperti sang kolektor yang ingin mengoleksiku karena keunikanku, aku pun ingin
menjadi kolektor. Dan ingin mengoleksi bentuk-bentuk cinta yang ada untukku,
untuk kumiliki. Tapi …
Ah,
sudahlah. Aku mesti sadar diri, aku hanya GUCI! Ya! GUCI! Sekali lagi GUCI!
Sebesar apapun gelembungku yang berisi cinta, se©antic apapun diriku, aku hanya
sebuah guci. Dengan posisi sebagai hiasan atau sekedar koleksi. Menunggu waktu
terjatuh kelantai, lalu pecah berderai. Terbuang. Sia-sia.
Long
Ping, 1/12/11
10:30Am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar