‘Re’
Ketika tanpa sengaja kubuka file
record di HP, kutemukan satu suara. Suara seseorang yang pernah hadir mengisi
sisi kekosongan hatiku. Namanya Rino Ari Sofa, sebuah nama yang begitu manis
dan membanggakan pemiliknya. Tapi aku lebih suka memanggilnya ‘Re’.
“Tahu nggak Mbak, apa arti
namaku?”
“Apa ya? Mmm pasti nggak
jauh-jauh dari nama penjual kursi atau sofa.”
“Yeee bukanlah. Rino dalam bahasa
jawa artinya terang. Ari itu nama Ayah. Sofa itu nama Ibu. Jadi aku ini anak
yang terlahir sebagai penerang/harapan Ayah dan Ibuku.”
“Hadeuh, berarti Ayah dan Ibu
kecewa karena nama anaknya tidak sesuai yang diharapkan waktu membuatnya?”
“Hmmm Mbaaakkk… Janji deh, Re
pasti berubah lebih baik. Aku ingin menjadi Anak, Kakak dan Adik yang baik bagi
Mbakku yang paling baik sedunia.”
“Amin…”
Re selalu bilang beruntung
terlahir lebih muda dariku, meski hanya selisih dua hari. Kalau tidak, ia akan
kehilangan kesempatan menjadi seorang adik untukku. Aku hanya mentertawakan
ucapannya tanpa serius menanggapinya.
Pertama kali kumengenal sosok Re,
kami sempat tak saling menghiraukan, kalau saja bukan untuk menuruti kemauan
pacarnya (adik angkatku). Semua yang ada pada Re termasuk kriteria manusia yang
kuhindari kedekatannya denganku. Lelaki pemabuk, perayu dan pede tingkat dewa serta
chuek super akut. Menyebalkan.
Bahkan pada awal perkenalan, kami
sempat bertengkar hebat. Re tersinggung dan merasa kuhina dengan sikapku yang
acuh serta sinis luar biasa, sedangkan aku sendiri sungguh membenci dan muak
dengan kekasaran Re. Sampai suatu ketika, entah bagaimana mulanya, ternyata
anjing dan kucing bisa berdamai menjadi sahabat. Hingga kemudian mengikrarkan
diri menjadi saudara, saling berbagi cerita dan semuanya. Sungguh Tuhan Maha membolak-balikkan
hati hamba-Nya.
Re benar-benar memenuhi janjinya,
hari demi hari dia berubah. Bahkan perubahannya sempat mebuat orang-orang yang
mengenalnya juga keluarganya shock.
Mereka heran dengan perubahan tiba-tiba dan nyaris sebagai sebuah totalitas
transisi kepribadian. Dan semua itu karena janjinya padaku. Aku baru mempercayainya
ketika Ibu dan Adiknya memberitahuku. Subhanallah! Aku terharu.
Setelah mengenal dekat Re, aku
temukan segala kebaikan dirinya yang telah lama tersembunyi dibalik dinding kengkuhannya.
Ada sesuatu yang membuatnya mengubah dirinya menjadi buruk, jadi ketika bertemu
denganku, aku bukannya merubah dirinya menjadi baik, tapi hanya membantunya
kembali menjadi dirinya sendiri. Re return be Re!
Masih kuingat jelas kapan aku
merekam lagu yang dinyanyikan Re yang masih tersimpan dalam HP-ku saat ini. Waktu
itu musim dingin, aku sedang sakit lumayan parah, radang tenggorokan akut dan
anemiaku berkompilasi, sehingga aku harus menginap 3 hari di RS. Ketika kembali
ke Rumah Majikan dan mengabari Re, ia segera meneleponku. Dia sedih dan
bertanya apa yang bisa dilakukannya agar sedikit meringankan sakitku. Aku hanya
bilang, nyanyikan saja sebuah lagu sendu yang mengungkapkan semua tentangmu. Re
kebingungan. Namun beberapa saat kemudian, dengan iringan gitar kawan-kawannya
Re menyanyikan sebuah lagu yang untuk pertama kalinya kudengar. Dan aku
benar-benar menangis meresapi syairnya.
Pada Syurga di Wajahmu
Tuhan sengaja menduga kita
Dimana kesabaran manusia
Engkau *kakak yang kusanjungi
Lambang semangat cinta dunia
Pasti engkau terkenangkan
Peristiwa semalam
Saat kumenggadaikan cinta
Pada onak dan duri asmara
Entah dimana akal fikiran
Hingga sesat di jalan yang terang
Ini suratan yang diberikan
Menguji kekuatan jiwa
Waktu engkau kulupakan
Dalam kemarau panjang
Betapa hatimu rela
Demi melihatku bahagia
Kau menahan segala siksa
Di hati hanya berdoa
Mengharapkan aku kan pulang
Agar terang cahaya
Kau yang hanyut di arus dosa
Di laut rebut melanda
Dan berenang ke pelabuhan
Kasih sayang sebenar
Air mata cinta darimu
Ku menjadi rindu
Pada syurga di wajahmu
Tiada tanda kau berdosa
Biar aku cium tanganmu
Membasuh lumpur di muka
Ku yang berarus dosa
Di laut rebut melanda
Kau menahan segala siksa
Di hati hanya berdoa
Kuberenang ke pelabuhan
Mencari cinta sebenar
Kan kutahan apa hukuman
Di hati hanya berdoa
Biar aku cium tanganmu
Sekali lagi bersama
Bukan sekali jalan berduri
Hanya Tuhan yang pasti
Mengerti…
(*kakak, pada versi lagu aslinya tertulis istri, Re sengaja mengubahnya
karena ia menyanyikan lugu itu untukku.)
“Ah, Re, sampai hari ini, Mbak
masih mengingatmu… meski kuhanya bisa melangitkan doa untukmu.”
RUH, Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar